Sedangkan Pak Hendra tidak berkedip, tanpa rasa malu, ia menyaksikan aksi semua perampok mengerjai semua karyawatinya.
Pemandangan yang unik baginya, di mana tellernya mesti menyepong penis semua pria bercadar di depan kedua matanya. Pimpinan perampok tersebut sangat menikmati sepongan Maya, sesekali ia pun mengelus lembut rambut Maya. Tidak ada yang dapat dilakukan Maya, ia hanya dapat menangis seraya mengemut penis sang perampok. Beda dengan pimpinan mereka, tiga perampok lainnya tampak lebih kasar, khususnya perampok yang sedang dilayani Silvia, mereka tidak segan-segan menampar pipi ataupun menjambak rambut gadis-gadis itu. “Cepetan dong, otong saya dah ga tahan…”, ujar perampok yang sedang berjaga di pintu masuk bank. Ke empat kawannya sepertinya memperhatikan rengekanya. Perampok tersebut terlihat mondar mandir tidak karuan, ia tidak tahan menyaksikan teman-temannya sedang berpesta, sampai-sampai sesekali ia juga meremas-remas penisnya yang sedang mengeras di dalam celananya itu. ‘PLAK!’ suara tamparan keras, tampak Silvia terkapar di lantai seraya memegangi pipinya. Susana hening, terdengar isak tangis Silvia. “Payah! Peju gue ga keluar sama sepongan lu!”, marah sang perampok. Perampok tersebut pun langsung menindih tubuh Silvia yang tergeletak di lantai. “Siapa tau memek lu bisa buat peju gue keluar, hahaha”, kata perampok itu. Silvia ketakutan, “Jangan!”, ia melawan, ia ingin kabur tetapi dengan cepat sang perampok pulang memukulnya sampai Silvia tak dapat melawan. “Pengen mati lu?!”, ancam sang perampok. ‘BUK!’, suara pukulan lagi di tubuh Silvia. “Hiks, hiks, hiks…”, Silvia terus menangis tak karuan, air matanya berlinang deras, pipinya tampak memerah akibat tamparan. freechip, freebet, linedominoTak dapat melawan, Silvia ditindih sang perampok, dan bibirnya juga dilumat sang perampok dengan kasar. Silvia mengupayakan menutup mulutnya, tetapi sang perampok mengerilya bibir teller cantik tersebut dengan lidahnya secara buas, sesekali ia menggigit bibir Silvia sampai terpaksa Silvia membuka mulutnya. Ke tiga temannya semakin ketakutan, mereka tidak hanya mencemaskan Silvia, tetapi mereka pun sangat cemas dengan posisi mereka sendiri. Bisa saja seluruh perampok tersebut akan memerkosa mereka secara bergiliran. Maya, Eli dan Nengsih, gadis mungil berparas cantik tersebut pun menangis keras. Malam Mengerikan di Bank Swasta“Diam!”, marah perampok yang sedang disepongkan penisnya oleh Eli. Sedangkan sang pemimpin lebih lembut, dengan suara seraknya ia berkata, “Cup cup cup…”. “Arghh… Jangg… jangannn…..”, teriak Silvia saat sang perampok dengan bringas menarik seragam Silvia. Sangat kasar, ia tarik sampai kancing baju teller tersebut terlepas, dengan paksaan sang perampok membuka seragam Silvia. Silvia sudah berusaha menahan, tetapi apa daya, kekuatan perampok melebihnya, lagipula sang perampok sesekali melakukan serangan ke perut sang teller. “Hiks…”, Silvia menangis tidak karuan saat perampok tersebut sudah sukses melepaskan seragamnya, sekarang tubuhnya tersisa bra dan celana dalam yang berwarna merah muda. “Jangannnn perko… perkosa sayaa…”, pinta Silvia dengan nada memelas. “Sa… saya… belum pernah…”, katanya menandakan Silvia belum pernah bersetubuh. “Hehehe…”, tawa serak perampok, “Masih virgin ya?”, tanyanya kemudian kembali menampar Silvia. “Lu tidak boleh sok suci!”, teriak sang perampok. Kembali dengan bringas sang perampok menarik bra Silvia sampai terlepas. Silvia mengerang kesakitan. Terpampanglah buah dada Silvia yang tidak begitu besar itu, putih mulus, dengan warna puting yang masih merah muda berbentuk kecil. Perampok tersebut melotot ke dada tersebut, Silvia menutupinya dengan tangan, tetapi sang perampok kemudian menjauhkan tangan Silvia. ‘Slurupp…’, langsung saja sang perampok menyedoti susu Silvia yang estetis itu terus menerus, kiri dan kanan tanpa henti. DAFTAR PERMAINAN DOMINO Silvia tidak dapat melakukan apa-apa, ia melulu menutup matanya seraya menangis. Silvia terus dikerjai sang perampok, sekian menit sesudah puas menyedoti susu si teller cantik itu, sekarang sang perampok telah tak sabar, ia bringas, sekarang ditariknya celana dalam Silvia sampai koyak dan terlepas dari tubuhnya. Silvia tidak dapat melawan, ia hanya bisa membiarkan bagian bawahnya itu disaksikan oleh perampok tersebut. “Wuih, ada bulu toh…”, racau sang perampok sambil mengelus jembut halus yang menghiasi selama vagina Silvia. “Jangan bang… Hiks…”, pelas Silvia. Sang perampok tidak memperdulikan Silvia, ia langsung menusukkan jarinya ke lubang vagina Silvia. “Argggghhh!”, teriak Silvia kesakitan. Perampok tersebut tersenyum, “Hihihi, still virgin…”, ia tampak senang menemukan korban yang masih perawan. Malam Mengerikan di Bank SwastaSilvia menangis semakin kencang, ia tahu sebentar lagi dirinya bakal diperawani oleh sang perampok, tak ada yang dapat ia kerjakan di samping berdoa supaya ada bantuan segera. Adegan nikmat tersebut memicu nafsu semua lelaki di dalam sana. Pak Hendra menikmati pandangan dari sana, ia tampak menikmatinya, menyaksikan tubuh bugil karyawatinya secara langsung dan cuma-cuma di depan mata, ia sekali-kali menelan liurnya. Begitu pula perampok yang berjaga-jaga, ia sudah mengeluarkan penisnya untuk dikocok sendiri. Sedangkan perampok lain sudah tidak tahan. Tubuh Eli telah ditindah sama satu perampok, demikian pula Nengsih, mereka sedang ditindih, dan dicumbui bibirnya oleh sang perampok. Sangat jelas mereka tak dapat melawan. Di samping tangisan, hanya rintihan memohon ampun yang terdengar dari mulut mereka. Hanya Maya yang diperlakukan lebih lembut, perampok tersebut masih tidak mempedulikan Maya yang menyepong penisnya. Perampok tersebut terus mengelus rambut sang teller, seolah sang perampok memperlakukan sang teller seperti kekasihnya. Silvia sekarang tidak dapat bergerak, tubuhnya terasa lemah, ia lunglai saat penis besar sang perampom telah mulai dimasukkan ke vaginanya. Air matanya terus berlinang, sang perampok hanya tersenyum girang melihat korbannya. “Hahaha, sempit benar nih cewek…”, kata sang perampok yang memaju mundurkan bokongnya. Ia pelan-pelan memompa vagina Silvia yang masih sempit itu. Raut wajah Silvia nampak jelas menahan rasa sakit itu. Ia menggigit bibirnya UNTUK bertahan, berpasrah supaya semua dapat berlalu. Tangisan masih terdengar di dalam ruangan itu. freechip, freebet, linedominoJam sudah mengindikasikan pukul 21:20, masih berlangsung pemerkosaan di dalam bank swasta yang lumayan ternama itu. Belum berganti posisi. Silvia sedang digenjot perampok, tak henti-hentinya, dengan keras perampok itu menyodok vagina Silvia dengan penis hitamnya. Begitu pula Eli dan Nengsih, mereka pun sudah telanjang bulat dan digenjot oleh pelaku lainnya. Bedanya hanya, Eli dan Nengsih masih tersadar, menangis tiada henti, sementara Silvia telah mulai tak sadarkan diri. Perih di perut, pipi, dan vaginanya membuat Silvia tak dapat menahan kesadaran lagi. Sang bos perampok belum memperkosa Maya, kelihatannya ia masih bersabar. BERSAMBUNG. .
0 Comments
Ia kini menciumi bibir Maya, memaksanya berciuman bibir seraya tangannya meraba dada Maya yang mana masih mengenakan seragam.
“Arghhh…”, desah nikmat sang perampok yang menggenjot Silvia, ia kelihatannya akan segera berejakulasi. Terlihat ia telah mempercepat irama goyangannya. Diremas-remasnya buah dada Silvia sampai perampok tersebut mengejang, ia telah sukses menyemprotkan spermanya di dalam liang vagina Silvia. “Aaaahhhh…..”, desahnya lega telah sukses menyalurkan nafsu. Ditariknya penis miliknya tersebut dari vagina Silvia, lantas mengalirlah darah perawan Silvia bercampur cairan putih kental lengket. Silvia sudah diperawani perampok bercadar yang bersuara serak, entah siapa mereka, Silvia entah bakal meminta pertanggung jawaban siapa andai mengalami kehamilan. Perampok tersebut berdiri dan segera digantikan oleh perampok satunya lagi yang berjaga-jaga. Tanpa membuka pakaiannya, ia mengeluarkan penis dari resleting celana dan segera menusukkan penisnya tersebut ke vagina Silvia yang telah basah dengan sperma bercampur darah perawannya. Ia sama sekali tidak merasa jijik. Temannya yang barusan mengerjai Silvia sekarang bergantian berjaga, ia terlihat mengintai dari kaca untuk memandang keluar. Sesekali ia memandangi temannya yang menggenjoti Silvia, “Mantap kan cewek itu?”, tanya dia. “Wuih, rapet abis…”, jawab kawannya yang telah mulai menggenjoti Silvia. Payudaranya diremas-remas kuat, dan bibirnya digigit oleh perampok tersebut. Silvia tidak dapat melihat suasana sekitar, kepalanya melayang-layang, pusing, ia separuh sadar, dan barangkali sebentar lagi bakal pingsan. Eli, gadis mungil berparas cantik, wajahnya oriental dengan rambut lumayan panjang terurai. Teller manis tersebut kini sedang diperkosa seorang perampok. freechip, freebet, linedominoEli terus menangis, ia tak dapat menahan rasa sakit di vaginanya tersebut. Penis sang perampok besar, dengan gerakan memaksa seperti itu, merobek-robek dinding vaginanya. Susunya tak luput dari permainan perampok tersebut. Putingnya digigit-gigit, sebab masih belia, membuat putingnya terlihat bagus dan segar, lelaki mana yang tidak tergiur dengan payudara yang putih segar, seperti baru tumbuh dan belum terjamah, sama dengab milik Silvia, warna putingnya masih merah muda. “Yang ini nyaman bro… Harum banget… Mana jembutnya masih tipis… Hahaha”, olok perampok yang memperkosa Eli. Semuanya ketawa-ketawa, hanya para teller yang masih menangis tiada henti. “Emang punya lu aja? Nih cewek gue juga enak.. Wkwkwk…”, ketawa perampok yang menggenjot Nengsih. Malam Mengerikan di Bank SwastaPerawakan Nengsih serupa dengan Eli, mungil dan ayu, mereka barangkali baru tamat dari sekolah menengah kejuruan, tubuh mereka terlihat belia. Dengan potongan rambut hitam panjang, Nengsih pun terlihat cantik. Namun sekarang rambutnya telah acak-acakan sebab dijambak perampok yang sejak tadi menggenjotnya. Pipinya sarat dengan air mata yang membasahi sampai ke lehernya. “Putingnya lucu bro…”, teriak perampok tersebut sambil mencubit-cubit puting susu Nengsih. Nengsih terus menangis dikerjai perampok itu. Puting susunya tidak sama dengan kepunyaan Silvia dan Eli, kepunyaan Nengsih sudah menghitam, dengan keliling yang telah melebar. Mungkin Nengsih sudah sering disedot susunya oleh pacarnya, karena Nengsih telah punya pacar, begitu juga Maya. Hanya Silvia dan Eli saja yang masih single, mungkin mereka terlampau pemilih, padahal tidak sedikit pria yang mengejar mereka tetapi tidak dihiraukan. Tubuh Nengsih yang berkulit putih pun sekarang mulai memerah terkena tindihan keras sang perampok. “Argh!”, sesekali ia berteriak kesakitan saat sang perampok menjambak rambutnya sambil menusuk penis lebih dalam. Air mata terus bercucuran, menampakkan raut Nengsih yang tidak dapat dirasakan lagi. Dalam hati ia berfikir apa jadinya andai pacarnya tahu dirinya diperkosa oleh perampok. Pak Hendra masih menyimak adegan pemerkosaan itu, dia menikmatinya. Walaupun dengan suasana terikat, kelihatannya Pak Hendra tidak peduli, lagipula yang dia tonton ialah karyawatinya sendiri, teller berparas cantik yang menjadi idaman pria. DAFTAR PERMAINAN DOMINO Satu perampok masih berjaga, tidak capek baginya sebab baru saja memperkosa Silvia. Kini ia istirahat guna memgumpulkan tenaga. Pria yang menggantikannya masih asik menyetubuhi Silvia dengan gaya menindihnya, demikian pula perampok lain, mereka pun memperkosa Eli dan Nengsih dengan gaya menindih. Isak tangis terdengar di ruangan, hanya Silvia saja yang tidak sadarkan diri, tetapi sisa air mata masih mengairi pipi merahnya yang mulai memar dampak tamparan. Kini giliran bos perampok itu, ia tak sabar juga hendak menyetubuhi korbannya, Maya, gadis berparas cantik dan imut, dengan bibir mungil seksi. Malam Mengerikan di Bank SwastaPerampok tersebut mengusungnya supaya Maya berdiri, kemudian dengan lembutnya ia melap pipi Maya yang basah dengan tangisan. Pelan-pelan perampok itu pun berbisik ditelinga Maya, “Buka seluruh pakaianmu sayang…”, suara serak yang jelas diperkuat dengan todongan pistol membuat Maya tidak dapat melawan perintahnya. Terpaksa Maya menurutinya, dengan perlahan Maya melepas kancingnya satu persatu, sang perampok tersenyum girang menyaksikan Maya melepas seragam kerjanya. Perlahan sampai tersisa bra dan celana dalamnya yang berwarna cream. “Lepasin semuanya sayang…”, perintah perampok tersebut dengan suara serak seraya memgayun-ngayunkan pistolnya. Maya juga tidak dapat melakukan apa-apa, perasaan malu memang menyelimutinya, ia sudah berjuang menutupi tubuhnya tersebut dengan tangannya, tetapi apa daya, ia ketakutan menyaksikan senjata api yang dipegang sang perampok. Penuh tangisan, dengan pipi merah merona karena malu, Maya melepas bra dan celana dalamnya itu. Tubuhnya mungil dengan kulit yang lumayan putih, wajah imutnya membuat sang perampok menelan ludah saat melihat Maya bugil. Pak Hendra tidak melewatkan kesempatan tersebut juga, ia terlihat mencuri pandang ke arah Maya juga. Perampok tersebut meraba tubuh Maya, tanpa perlawanan, dari dagu, ke leher, sampai ke dada. Payudara Maya lebih besar daripada kepunyaan Silvia maupun rekan lainnya, dengan puting yang merah kehitaman persis milik Nengsih, kelihatannya Maya telah tidak asing dengan permainan di dadanya itu. Ya wajar saja, Maya telah mempunyai pacar, barangkali mereka telah sangat sering berbuat hal tak senonoh. Perampok tersebut menurunkan rabaannya sampai ke vagina Maya, jembutnya lumayan lebat, walaupun Maya masih lumayan belia. Perampok tersebut telah puas meraba tubuh Maya, sekarang saatnya ia hendak mencicipi lebih dalam. Maya didorong sampai tersandar ke dinding, perampok tersebut membekapnya, kemudian mengusung satu kakinya, dengan sesikit membungkuk, perlahan perampok tersebut mengarahkan penisnya ke vagina Maya. Perampok tersebut akan memperkosa Maya dengan gaya berdiri, Maya menangis, ia hanya dapat menutupi mulutnya dengan tangannya, ia tak menyangka bakal terjadi seperti ini. DUA HARI YANG LALU Sekitar pukul 23:40 di suatu warung kopi dekat terminal, dengan lampu remang-remang yang berkedap-kedip, tampak sejumlah orang sedang bersantai. Warung kopi tersebut seringkali menjadi lokasi persinggahan semua sopir angkutan, baik angkot, bus maupun truck. Malam Mengerikan di Bank SwastaNamun kali itu lumayan sepi, hanya satu meja yang sedang duduk sebanyak lima orang, mereka sepertinya bukan sopir angkutan. Biasanya semua sopir bakal minum minuman keras di sini ditemani pelayan wanita untuk melepas keletihan mereka. Namun yang nampak kali ini, kelima pria tersebut berbadan sedikit kekar, mereka juga hanya memesan kopi, bukan minuman keras, hanya sejumlah bungkus cerutu menemani mereka. “Sial si Silvia, sakit hati gue dibuatnya”, kata seorang lelaki sambil menghisap rokoknya. “Orangnya memang gitu, judes-judes ngeselin,” jawab rekan satunya lagi. freechip, freebet, linedomino“Belum rasa kena kerjai dia tuh…”, balas lelaki tadi. “Nah maka dari itu, kita kan di sini sepakat buat rencana”, lanjut satu prianya lagi. “Nih, gue bawa dua sahabat gue, siap kerja sama kok…”, lanjut lelaki itu. “Kenalkan nama saya Tabrani…”, “Saya Ferian…”, “Saya Ahmad…”, “Saya Darwin…”, mereka mengenalkan diri. “Mereka teman-teman satu gym, kekarkan bro… Hahaha…”, kata lelaki yang mengenalkan mereka. “Nih, Ferian sama Darwin ini punya rencana bikin kerjain rekan kantornya, kalian siap bantu?”, tanya lelaki itu. “Jelas siap dong, hahaha…”, jawab serempak kedua lelaki itu. Pria yang mengumpulkan ke empat orang tersebut pun lantas membuat rencana. “Jadi kapan bro lu dengar mereka bakal lembur?”, tanya pria tersebut kepada Darwin. “Dua hari lagi bro”, jawab Darwin. “Nah, gini ide gue…”, lanjut pria tersebut menjelaskan idenya untuk dilakukan di malam tepatnya mereka bakal beraksi. “Gue dah ga sabar pengen kerjai tuh cewek judes”, ujar Ferian. “Sama bro, diantara mereka semua, gue sangat ga suka lihat gaya si Silvia, sok cantik bener…”, balas Darwin. “Kalau gua mah, yang penting dapat jatah,” kata Ahmad dilanjutkan tertawa bareng si Tabrani. “Gue sih gak perduli kalian mau kerjai yang mana, asal si Maya jatah gue ya…”, pesan lelaki yang merangkai ide. Dia lah yang akan memimpin aksi keji tersebut. Malam tersebut pun mereka habiskan bersama untuk merangkai rencana dengan sebaik mungkin, seraya minum kopi dan menghabiskan rokok mereka, mereka kadang juga bercurhat tentang korban-korban yang bakal mereka kerjai itu. Mereka juga tak sabar lagi menantikan datangnya hari itu. BERSAMBUNG. .
Beberapa menit berlalu, terlihat pemerkosaan itu masih saja belum selesai. Maya masih diperkosa dengan gaya berdiri oleh pimpinan perampok.
Yang berubah hanyalah ketiga rekan tellernya, Eli sekarang diperkosa dengan gaya dogie style oleh perampok lainnya, yang tadinya sesudah memperkosa Silvia, ia sudah beristirahat dan mengumpulkan tenaga, sedangkan lelaki yang sebelumnya memperkosa Eli sudah bergantian berjaga. Sedangkan pemerkosa Silvia dan Nengsih sekarang sudah bertukar pasangan. Perampok yang memperkosa Eli belum berejakulasi, “Lebih enak ngentot yang virgin, sempit…”, ujarnya saat berganti pasangan. “Hahaha, pantasan saja, yang ini udah agak dol rupanya…”, ketawa satu rampok yang awalnya menyetubuhi Silvia yang tidak sadarkam diri. “Yang ini masih rapet kok, pantasan…”, kata pemerkosa Eli yang sebelumnya sudah menyetubuhi Silvia, beruntung, korban ke dua pun masih rapat baginya. Kejadian itu dilangsungkan hampir dua jam, mereka terus bergantian pasangan, dan bergiliran, yang capek akan berjaga sambil mengumpulkan tenaga. Hanya Maya saja yang tidak dijamah perampok lain, sebab sang pemimpin lumayan lama memilikinya, sampai klimaks juga sang pemimpin tidak mau melepaskannya walaupun ia telah sukses menyemprotkan spermanya di dalam vagina Maya. Nasib paling buruk ialah ketiga temannya, mereka barangkali sudah disetubuhi berkali-kali sampai mereka tidak sadarkan diri. Tubuh mereka terkulai lemah, dengan bekas memar akibat tamparan, dan baju berserakan di lantai. Para perampok membereskan pakaian mereka sendiri, lalu memungut tas dan bergegas pergi dari bank. DUA MINGGU YANG LALU “Ih, sok keren banget sih lu…”, jawab Silvia saat Darwin berlangsung mendekatinya seraya menyisir rambut. freechip, freebet, linedominoMaksud hati hendak ajak bicara, eh boro-boro, sudah dicibir seperti itu. Darwin tidak mencari masalah, ia tersenyum-senyum kemudian pergi, lagipula sedikit malu ia rasakan saat itu karena memang bank sedang ramai dengan nasabah. “Sial, cam cantik saja tuh perek”, gumam Darwin dalam hati saat kembali ke meja jaganya dekat pintu masuk. Silvia memang terkenal sok cantik di sana, ia pun pandai beesombong diri dan merendahkan orang lain. Malam Mengerikan di Bank SwastaDarwin yang merasa kesal pun berbisik ke seorang lelaki yang berdiri di sampingnya. “Pak, bapak rayu tuh cewek”, katanya untuk pria itu, pria tersebut berseragam aparat. “Hahaha, saya tak tertarik sama dia…”, jawab lelaki itu. “Jadi selama ini bapak mandang-mandang arah kasir, mandangin siapa?”, tanya Darwin sedikit berbisik. “Ada deh..”, jawab lelaki itu. “Ah, bapak… Sudah sebulanan di sini, masih saja nutup diri…”, kata Darwin. Pria berseragam polisi itu ialah Wahyu, dia sekarang ditugaskan untuk menyelamatkan pengiriman Uang dari bank tersebut. Sebelumnya Wahyu beralih tugas terus disebabkan kinerjanya yang tidak cukup memuaskan. “Ooh… Jangan-jangan bapak ngelirik si Maya ya?”, tembak Darwin. Wahyu tersenyum saja, ia menunggu tugasnya, saat uang telah dikemas, maka bakal dia kawal sampai ke bank pusat. “Panggil nama saja, gak usah pak…”, kata Wahyu. Lalu Darwin juga menjelaskan, “Maya udah punya pacar, sudah satu tahun dia pacaran…”. Wahyu senyum-senyum, sebab selama ini dia sudah tahu, segala usaha juga telah dilaksanakan seperti pendekatan dan sebagainya, tetapi apa daya, Maya terlampau cinta dengan pacarnya. “Eh, liat si Ferian masuk tuh…”, seru Wahyu menyaksikan security yang seharusnya berjaga di luar masuk ke dalam ruangan. “Biasa, jam istirahat…”, jawab Darwin. Bermaksud hati ingin bercanda, si Ferian mendekati meja teller arah Silvia, “Yuk santap bareng”, ejeknya. Tiba-tiba saja dengan cetus si Silvia menjawab, “Emang lu mau traktir gue di restoran mana?”, pertanyaan itu seolah meremehkan Ferian yang sering santap di waring pinggir jalan. Cukup malu di dengar nasabah, Ferian senyum-senyum menahan malu menjawab, “Tenang saja, sebut saja mau santap di mana…”, kemudian Ferian berlangsung masuk ke belakang tanpa mau tau jawaban selanjutnya lagi dari Silvia. DAFTAR PERMAINAN DOMINO Ferian masuk ke bekalang mengarah ke toilet, kemudian Wahyu nyusul ke sana. Wahyu tahu perasaan dua security itu yang sedari awal dia dinas di sini sering menyaksikan mereka diperlakukan seperti itu. Malam Mengerikan di Bank SwastaUntungnya Wahyu tidak punya minat sama sekali dengan Silvia. “Santai saja bro…”, kata Wahyu. “Yuk saya traktir di warung belakang”, lanjut Wahyu menyuruh Ferian santap bersama. Dari sana lah mereka semakin dekat, mereka sering berkumpul bersama, Wahyu, Ferian dan Darwin. Setiap berkumpul sering kali mereka membincangkan semua teller judes; khususnya si Silvia. Hingga suatu ketika mereka tidak tahan lagi, mereka juga menyiapkan waktu senggang untuk membicarakan sebuah ide. Ide yang bakal membalaskan rasa sakit hati mereka. Keempat perampok tersebut pun meninggalkan lokasi. Mereka keluar dari ruangan bank, sehingga hanya tertinggal Pak Hendra sang kepala cabang yang terbelenggu dan ke empat teller yang bugil diisi sisa sperma di sekujur tubuh. Melihat keadaan aman, ke empat teller sudah pingsan, Pak Hendra mengupayakan menggerakkan tubuhnya, ia mengesot ke arah di gadis teller itu, ia tidak bisa melakukan apa-apa, dengan tangan terbelenggu dan mulut dilakban, Pak Hendra ingin menatap tubuh estetis para karyawatinya secara lebih dekat. Di luar sana, lima perampok itu masuk ke pos security, ternyata dua perampok ialah security bank tersebut, mereka ialah Ferian dan Darwin. “Akhirnya dapat juga nyicip tubuh cantik mereka, hahaha…”, sambil mengobrol mereka menggunakan kembali seragam security mereka kemudian diikat kembali oleh perampok lainnya supaya seperti semula, seolah dua security tersebut mmg sudah dilumpuhkan. Ternyata dibalik semua itu ialah perencanaan yang lumayan matang. Dua hari kemudian telah disusun rencana tersebut. Berawal dari sikap Silvia yang lumayan judes memperlakukan semua security bahkan orang lain. Ketiga perampok lainnya ialah orang luar, satu di antaranya ialah Wahyu, dia ialah anggota keamanan dari ekstelil yang digunakan oleh bank tersebut andai ada ekspedisi uang yang memerlukan pengawalan. freechip, freebet, linedominoWahyu sudah lumayan lama membubuhkan hati dengan Maya, tetapi Maya sudah menolaknya sebab sudah memiliki pacar. Ide muncul saat mereka ngopi bareng, Ferian dan Darwin ingin sekali menjawab perlakuan Silvia. Wahyu menjadi pimpinan, dia mencarter dua rekan lagi guna melancarkan aksi itu. Mereka puas, sesudah meninggalkan bank, mereka pun membagi rata hasil rampokan. TAMAT
ini terjadi sewaktu saya berumur 15 saat itu, ketika saya liburan di tempat tinggal teman Om saya di kota Bogor, sebut saja nama rekan Om saya Dedy.
Om Dedy memiliki istri namanya Tante Reni. Umur Om Dedy kira-kita 40 tahun sementara Tante Reni berumur 31 dan mereka memiliki anak berumur 5 tahun mempunyai nama Doni. Cerita Sex Terbaru Kesempatan Memijat Payudara TanteOm Dedy ialah teman baik dan teman bisnis Om saya. Tante Reni Seorang perempuan yang cantik dan memiliki tubuh yang estetis terutama payudara yang estetis dan besar. Keindahan payudaranya itu dikarenakan Tante Reni rajin meminum jamu dan memijat payudaranya. Selama menginap di sana perhatian saya sering kali pada payudaranya Tante Reni. Tak terasa sudah nyaris seminggu saya menginap di sana, suatu siang (saat Om Dedy pergi ke kantor dan Doni pergi ke rumah neneknya) Tante Reni memanggilku dari dalam kamarnya. Ketika saya masuk ke kamar Tante Reni, terlihat tante hanya mengenakan kaos kutung tanpa memakai bra sampai-sampai dadanya yang estetis telihat nampak membungsung. DAFTAR PERMAINAN DOMINO “Ran, Mau tolongin Tante”, Katanya. “Apa yang dapat saya tolong Tante”. “Tante minta tolong sesuatu sama kamu, tapi kamu harus rahasiain tidak boleh bilang siapa-siapa”. “Apaan Tante kok sampe musti rahasia-rahasian”. “Tante Minta bantu dipijitin”, katanya. “Kok pijit saja musti rahasia-rahasian segala”. “Tante minta kamu memijit ini tante”, katanya sambil menunjuk buah dadanya yang montok. Saat itu saya langsung Grogi setengah mati hingga tidak bisa berbicara apa-apa. “Ran, kok diem, mau nggak?”, tanya Tante Reni lagi. Saat itu terasa penisku tegang sekali. “Mau nggak?”, katanya sekali lagi. Lalu kukatakan padanya aku bersedia, bayangin saya seperti ketiban emas dari langit, memegang buah dada secara gratis, diajak pula, siapa yang nggak mau? Lalu saya bertanya kenapa harus dipijat buah dadanya, dia membalas supaya payudaranya kencang terus. Selanjutnya tante memungut botol yang mengandung krem dan dia segera duduk di pinggir ranjang. Tanpa banyak bicara dia langsung membuka pakaiannya dan membuka BH-nya, segera payudaranya yang kencang tersebut segera terlihat, saya tebak payudaranya ukuran 36B, Puting susu kecil namun menonjol seperti buah kelereng kecil yang berwarna coklat kemerah-merah. “Ran, kamu cuci tangan anda dulu gih”, katanya. Segera saya buru-buru cuci tangan di kamar mandi yang terletak di kamar tidurnya. Ketika saya balik, Tante telah berbaring telentang dengan telanjang dada. Wuih, idnah sekali. Ia memintaku supaya melumuri buah dadanya secara perlahan kecuali puting susunya dengan krim yang diambilnya tadi. Grogi juga, segera kuambil krem dan kulumuri dulu di tanganku kemudian secara perlahan kulumuri payudaranya. Gila rasanya kenyal dan lembut sekali. Perlahan kutelusuri buah dadanya yang kiri dan yang kanan dari pangkal hingga mendekati puting. Sementara tanganku membelai dadanya, kulihat nafas tante tampaknya mulai tidak beraturan. Sesekali mulutnya mengeluarkan bunyi, “Ahh.., ahh”. Cerita Sex Terbaru Kesempatan Memijat Payudara TanteSetelah melumuri semua payudaranya, tante memegang kedua tanganku, rupanya ia hendak mengajariku teknik memijat payudara, gerakannya yaitu kedua tanganku menyentuh kedua buah payudaranya dan melakukan gerakan memutar dari pangkal buah dadanya hingga mendekati puting susunya, tante meminta saya supaya tidak menyentuh puting susunya. Segera kulalukan gerakan memutari buah kedua buah payudaranya, baru beberapa gerakan tante memintaku supaya gerakan itu dibarengi dengan remasan pada buah dadanya. Tante semakin terangsang nampaknya terus ia memintaku, “aahh, Ran remas lebih keras”. Tanpa ragu keremas buah dada yang estetis tersebut dengan keras. Sambil meremas aku bertanya kenapa puting susunya jangan disentuh? Tiba-tiba ia menjambak rambutku dan membawa kepalaku ke buah dadanya. “Ran, Tante minta kamu hisap puting susu Tante”, katanya seraya napasnya tersengal-sengal. Tanpa banyak tanya lagi langsung ku hisap puting susu kanannya. “Ran, hisap yang kuat sayang.., aah”, desah Tante Reni. Kuhisap puting susu itu, terus ia berteriak, “Lebih kuat lagi hisapnya”. Setelah selama 10 menit kuhisap puting di buah dada kanannya gantian buah dada kiri kuhisap. Sambil kuhisap buah dadanya tante membuka celananya sampai-sampai dia dalam keadaan telanjang bulat. Kemudian dia membuka celanaku dan meremas penisku. Tante kemudian memintaku telungkup menindih tubuhnya, seraya menghisap-hisap payudaranya tante memegang penisku dan dimasukkan ke dalam lubang vaginanya. Setelah melewati perjuangan akhirnya penisku mendarat di vagina tanteku. Semua ini kulakukan sambil mengisap dan meremas-remas buah dadanya. Pinggulku segera kugenjot dan terasa nikmat sedangkan tante berteriak sebab orgasme telah dekat. freechip, freebet, linedominoTak lama kemudian tante nampak telah orgasme, terasa di liangnya tegang sekali. Kemudian giliranku menyemburkan air maniku ke liangnya dan kami terdiam merasakan momen tersebut, setelah itu tante mengisap bibirku dengan lembut. “Tadi nikmat sekali”, katanya terus dia memintaku kapan-kapan kembali memijat payudaranya, dan aku mengiyakan. Kemudian aku bertanya mengapa dia begitu senang buah dadanya di sentuh dan dihisap, jawabnya ia tidak bisa melakukan hubungan seks bila buah dadanya tidak dipicu terus-menerus. Saat kutanya kenapa dia memilihku untuk melakukan hubungan Seks, dia membalas dengan enteng, “Saat kamu mandi, tante ngintip kamu dan tante lihat penis kamu itu besar..” TAMAT
Namaku Bambang & biasa dalam panggil raka Bams sama istri serta juga teman-temanku. Saat ini saya telah menikah dan pertama bertindak 8 bulanan belum semua satu tahun dan abdi belum memiliki anak asuh olehkarena itu istriku masih ingin berasa pacaran katanya, & aku menyanjung-nyanjung permintaaanya beserta jalan mendiamkan dia memakai instrumen kontrasepsi apalagi saya waras kalau kami berpacaran seharga sepanjang 5 kalendar.
Akan tetapi tepat memutuskan untuk mengikat rupanya kenapa tetapi aku memang menghindari muncul daripada permaianan adegan sebagaimana di kecek seks 17 tahun pada luar terkocok. Usiaku baru menginjak 25 tahun namun istriku 24 tahun kamipun bekerja di tempat yang serupa, dan kadang selama itu kami ketemuan dalam tempat kerja tersebut. Sebab tersebut banyak fren pangkalan kami yang sudah biasa mengetahui bahwa kami benar-benar serasi tempat hati. Kini saya tinggal pada rumah Via istriku bertepatan dengan ke-2 orang-orang tuanya dan wahid orang ari perempuannya Tia namanya. Dia masih seorang mahasiswi SMA dan sudah famili 3, Tya seorang putri yang pendiam juga dipandang dari wajahnya dia memang kian cantik daripada kakaknya yaitu istriku. Corak kulitnya aja Via rontok dengan Tya yang punya corak risa putih berseri. Berbeda dengan istriku memiliki kulit asfar langsat turun dari risa ayahnya, sedangkan Tya nurun daripada mamanya. Ke-2 mertuaku memiliki sebuah minimarket yang patut jauh dari rumah, mereka berdua memerintah otonom tempat usaha itu. Oleh sebab itu pulangnya selalu padu malam, karena itu itu minta aku dengan Dengan tinggal bersama mereka supaya bisa positif dalam keluarganya. Sebagaimana halnya menyiapkan alas perut sebab kadang keluarga mertuaku bukan menggunakan jasa budak. Seperti layaknya mempelai baru kamipun kerap melaksanakan adegan diantaranya dalam cerita seks 17 tahun kalau ada ruang, indah itu sepulang daripada kantor maupun baru dari pola cepat. Apalagi jika silam hari tidak ada waktu yang terdepak bagi saya dan pula istriku Via dia tetap menuruti vitalitas sexku yang sangat gede. Terlintas akhirnya tatkala mengambil umur 4 bulan perkanikahan kita istriku perih, entah kenapa dia selalu menanggung pendarahan yang berlangsung hukuman daur haid yag tidak tertib, kami telah temu muka di dalam dokter serta hasilnya istriku harus turun main terlebih dulu. Akhirnya rencana bukan mau aku kudu dingin lepas dari berbuat kaul sex bersamanya. Tetapi serupa laki2 yang benar-benar menjulung libidonya, akupun acap ingin melakukannya tapi secara sapa aku sendiri tidak tahu. Hingga pada uni tarikh saat berada di wisma bertepatan hari tersebut perian ahad dan saya berpunya dalam rumah beserta Tya adik iparku. Sedangkan Dengan membantu mertuaku memelihara minimarket tersebut, sebenarnya Tya juga sering membantu tapi tatkala ini dia sejumlah jika hendak jalan membarengkan temannnya. Tapi sebelum dia hilang abdi berada pada pokok belakang, aku lumayan menanggapi kalkun yang aku pelihara seperti Tya yang saaat itu sedang melenyapkan sepatunya. Secara pakaiannya yang mini dan super tertib membuat pipih tubuhnya begitu jelas tampil, sampai-sampai saya merasa kontolku ikut turun di dalam serawal dalamku dan akupun kerap menggondol ranggul padanya. Saya amati Tya berdiri akupun lekas memeperhatikan burungku, & tanpa aku sadari suku kami baku sangkut. Tyapun rontok tewas tepat di atas tubuhku, dengan pantas saya langsung memeluk tubuhnya “OOouuwww… maaf mas…” Dia terlihat segan namun uniform berada dalam atas tubuhku olehkarena itu tanganku begitu menjelang memeluknya, seperti biasa kontolkupun tiru berpikir di dalam celana. Karena aku hanya memakai celana bebas jadilah kontolku begitu terperinci dirasa oleh paha Tya yang menumpang pada selangkanganku. Dan entah siapa yang memulai kamipun saling berlaga di dasar teras besok itu, saya dekap erat leher tamat Tya jadi dia bukan bisa bergerak aku patah bibirnya dengan lembut terutama aku mainkan lidahku pada rongga mulutnya. Saat tersebut juga aku melihat Tya mendesah “OOoouugghh.. mas.. Braaam.. jaaangaaan… aaaahhhhh… aaaaaaaahhh…. ” Tanganku mulai dari berani menekan toketnya malahan tanktop yang dia membubuhkan membuat toketnya seakan merespons untuk segera aku meremas, Tyapun bergelinjangan dengan sekutil gerakan memukau tubuhnya daripada dekapan eratku. Namun waktu ini bukan hanya tanganku kakiku juga ikut menahan tubuhnya. Mungkin karena merasakan nikmatnya kuluman bibirku kini Tya membalas ciumanku dengan ramah juga “OOoouuuuugghh… aaaaaggghh.. sayaaang.. kitaaa.. pindaah yaaaa.. ” Kataku berbisik pada Tya dan dia tidak menyangkal, namun saya lihat dia begitu berserah padaku secara perlahan aku bangun lalu aku panggul tubuh Tya dan membawanya masuk kedalam kamarnya. Dalam sana kita masih hidup dan saya lepas pekaian Tya beserta lembut aku dorong tubuhnya dengan menggantungkan bibirku pada bibirnya. Demikian dia tiduran di kepada kasurnya ketika itulah saya menindihnya “OOOOOUUUgghh… maaas…. aaaggggghh… saaakit….. aaaaagggghhh…. aaaaaaaagggghhhhh…. aaaaaagggghh.. ” Erangannya sambil menjenggut rambutku. Renek akupun turun di bagi tubuhnya demikian kontolku sanggup menerobos keperawanannya. Memek Tya mulai menimbulkan darah baru dan aku tahu dia masih putri. Kini dia tidak lagi mengerang namun mendesah dengan penuh kesenangan “OOOOOuuuuuuggghhhh… aaaaggggghh… aaaggghh.. niiikmmaaaat.. maaas… aaaaggggghhh…” Aku tersenyum mendengarnya kemudian aku kecup bibirnya. Lambat kami melakukan gerakan sebagaimana dalam kecek seks sampai akhirnya kontolku menegang di memek redut Tya. & tidak buatan laa lalu akupun mengerang panjang “Aaaaaggghh… aaaaggggghhh… aaaaaaagggghhhhh…. aaaaaaaggggghhh… aaaaaaggggghhhhh…… aaaaaaggggg.. ” Muncrat semua sperma dalam kontolku menggenapi lubang tempik Tya yang sudah bersimbah. Akupun menyikap erat tubuhnya dan saya cium sering Tya. Diapun membalas pelukanku sambil menangis “Gimana nich mas.. Tya belum sempat melkaukan sesuatu ini.. setelah Tyaaa… ” Aku memeluknya sambil mencoba menenangkan. Datang akhirnya Tya terdiam dan kemudian dia balik menciumku, mulai itulah abdi sering melaksanakan adegan cerita seks itu di graha bahkan kami sering pula sewa lubang hotel.
“Tidak apa-apa.”
Seperti itulah dialog yang terjadi pagi itu. Aku kembali melakukan rutinitas keseharian menggeluti angka-angka yang yang nggak ada ujungnya. Lagi, dia tersenyum kearahku, aku malah jadi bertanya-tanya ada apa gerangan dengan cewek itu, aku yang geer atau memang dia jadi lain hari ini, ah mungkin hanya pikiranku saja yang ngelantur. masih di tempat yang dulu?” Setelah semua beres akupun keluar dari ruangan dan bermaksud untuk pulang, aku melewati mejanya dan iseng aku nyapa dia. Di sepanjang jalan yang dilalui kami tidak banyak bicara sampai akhirnya aku perhatikan dia agak lain, dia kelihatan murung, kenapa ini cewek. “Nggak apa-apa pak.” “Ini soal suami aku pak.” “Ada apa dengan suaminya?” “Itu yang bikin aku malu untuk meneruskannya.” “Nggak usah malu, kan udah aku bilang dijamin kerahasiaannya kalo vivi ngobrol ke aku.” “Pernah beberapa kali aku ajak suami aku, tapi menolak dan akhirnya kalau aku singgung masalah itu hanya menimbulkan pertengkaran diantara kami.” “Gimana kalau besok-besok aku kasih apa yang kamu pengen?” “Yang aku mau yang mana pak.” Dia diam tidak menyahut. “aku bahagia, akhirnya aku mendapatkan apa yang aku idam-idamkan selama ini yang seharusnya datang dari suami aku.” Terhenyak dia dan menatapku .. Kaget juga aku menerima pertanyaan seperti itu karena memang tidak pikiran untuk menginap dirumahnya malam ini, tapi aku tidak mau mengecewakan dia yang meminta dengan wajah mengharap. Dia berdiri dan menghampiriku .. Tidak seperti biasa, pada hari-hari sebelumnya aku selalu melihat vivi dalam penampilan yang lain dari pagi ini, sekarang dia terlihat berseri dan terkesan ramah dan akrab. “Pagi pak.” Tidak seperti biasanya, aku merasakan hari ini bekerja merupakan sesuatu yang membosankan, suntuk rasanya menghadapi pekerjaan yang memang dari hari ke hari selalu saja ada sesuatu yang harus diulang, akhirnya aku menulis cerita ini. ya dia, vivi. Kuangkan telepon yang ada diatas meja kerjaku dan kutekan nomor extensin dia. “Nggak apa-apa pak, vivi juga barusan ada yang harus diselesaikan dulu dengan neni.” Akhirnya pintu terbuka juga dan dia mempersilakan aku masuk, dan kamipun masuk. Setelah mempersilakan aku untuk duduk, dia pergi ke kamarnya, setelah itu dia kembali lagi dengan pakaian yang sudah digantinya, dia tidak langsung menghampiriku tapi terus melangkah ke arah dapur dan kembali dengan segelas air putih dan segelas kopi, lalu dia menyodorkan kopi tersebut kepadaku. Kumasukkan tangan itu ke dalam rok yang dia pakai dan disana kuraba ada sesuatu yang hangat dan sedikit basah dan kuraba-raba bagian itu terus menerus. “Pak kita ke kamar ya.” Dia memegang senjataku yang dia dapati dibalik celana dalam yang baru saja terbuka, lalu dia menciumnya dan menjilatinya, nikmat sekali rasanya. Akhirnya dia berhenti berlaku seperti itu dan berkata. “Pak, tidurin vivi ya.” Beberapa saat kemudian vivi melepaskan pelukannya dan terkulai lemas, tapi aku melihat sebuah senyuman puas diwajahnya dan itu membuat aku merasa puas karena malam ini dia sudah dua kali mendapatkan apa yang selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. “Vivi mau coba gaya yang lain?” Dikamar mandi kami melakukannya lagi, dan kembali dia mengucapkan kata-kata yang tidak habis aku bisa mengerti “Vivi belum pernah melakukan seperti ini sebelumnya ..”. Berawal dari situlah kami sering melakukan hubungan suami istri, dan itu selalu kami lakukan atas permintaan dari dia, aku sendiri tidak pernah memintanya karena aku tidak mau dia punya pikiran seolah-olah aku mengeksploitir dia. Dan sekarang vivi yang kukenal jauh berbeda dari vivi yang dulu, dia menjadi orang yang ramah dan selalu tersenyum kepada semua orang dilingkungannya. |
“L’Chaim!” Categories
All
Archives
March 2019
|